.png)
Queennws.co.id / Labuha, 27 Juni 2025 — Dalam semangat tanggap darurat dan mitigasi risiko bencana, Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan membentuk tim khusus yang bertugas memberikan edukasi kebencanaan di sekolah-sekolah dasar. Tim ini dibentuk sebagai tindak lanjut dari permintaan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) dan menjadi bagian dari respon cepat terhadap bencana alam yang baru-baru ini melanda wilayah Labuha, khususnya di Desa amasing- Kali dan Desa aMasing- Kota.
Koordinator lapangan kegiatan ini adalah Kalamun Ilyas, S.Pd, yang memimpin langsung pelaksanaan kegiatan setiap hari, dimulai pukul 08.30 hingga 13.00 WIT. Tim ini beranggotakan 15 personel per hari dan bertugas secara bergilir di berbagai lokasi yang telah ditentukan.
Turut bergabung dalam tim ini adalah Ikbal Hajiji, S.Pd, Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Selatan, serta Muhammad, S.Pd, Kepala Seksi (Kasi) Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan. Keduanya memberikan kontribusi penting dalam koordinasi antarsektor dan pelaksanaan teknis kegiatan di lapangan.
Kegiatan edukasi kebencanaan ini mencakup berbagai aspek penting, seperti pengenalan jenis-jenis bencana, latihan evakuasi, simulasi darurat, dan penyusunan rencana kontinjensi di tingkat sekolah. Fokus utama kegiatan ini adalah menciptakan budaya tanggap bencana sejak usia dini, khususnya di satuan pendidikan dasar.
“Ini bukan sekadar kegiatan penyuluhan, tetapi misi membangun kesadaran dan kesiapsiagaan yang nyata. Anak-anak perlu tahu bagaimana menyelamatkan diri dan membantu orang lain jika bencana terjadi,” ujar Kalamun Ilyas.
Desa aMasing- Kali dan Desa amasing- Kota menjadi perhatian khusus karena baru-baru ini dilanda banjir bandang akibat curah hujan ekstrem. Bencana ini menyebabkan kerusakan rumah warga, fasilitas umum, dan beberapa sekolah. Situasi ini memperkuat urgensi kegiatan edukasi yang saat ini tengah digalakkan.
Ikbal Hajiji, S.Pd, menambahkan bahwa keterlibatan Dinas Sosial dalam kegiatan ini adalah bagian dari tanggung jawab bersama membangun ketahanan masyarakat. “Pendidikan dan sosial harus bersinergi. Kesiapsiagaan adalah modal sosial yang penting dalam menghadapi risiko bencana,” ujarnya.
Senada, Muhammad, S.Pd menyampaikan bahwa pihaknya terus mendorong integrasi pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum muatan lokal sekolah dasar. “Kami ingin ini menjadi bagian dari kebiasaan anak-anak. Tidak ada yang bisa memprediksi bencana, tapi kita bisa siaga.”
Sementara itu, tim investigasi yang terlibat dalam kegiatan ini juga menyatakan komitmennya untuk melakukan pemantauan dan pendataan secara menyeluruh terhadap dampak bencana, baik dari sisi kerusakan infrastruktur maupun dampak sosial dan psikologis terhadap siswa dan tenaga pendidik. Tim ini akan menyusun laporan komprehensif yang akan dijadikan dasar kebijakan bagi pemerintah daerah dan pusat.
“Kami berkomitmen untuk menjalankan tugas ini secara profesional, objektif, dan transparan. Data yang kami kumpulkan akan menjadi dasar pengambilan keputusan, bukan sekadar angka, tetapi cerminan kondisi nyata masyarakat yang terdampak,” kata salah satu anggota tim investigasi.
Kegiatan edukasi kebencanaan ini diharapkan akan berlangsung secara berkelanjutan dan meluas ke seluruh wilayah rawan bencana di Halmahera Selatan. Dukungan dari BPBN, serta kerja sama lintas sektor antara Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial, diharapkan menjadi model sinergi penanggulangan bencana berbasis masyarakat dan pendidikan.
Dinas Pendidikan menegaskan komitmennya untuk menjadikan sekolah sebagai pusat edukasi siaga bencana dan terus memperkuat peran guru dan kepala sekolah dalam upaya pencegahan dan mitigasi risiko bencana. Dengan pendekatan ini, Halmahera Selatan berharap mampu membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh menghadapi ancaman alam.*RED
